Kamis, 15 Oktober 2009

8 KAP yang dibekukan

Menteri Keuangan menetapkan sanksi pembekuan atas izin usaha atas 8 Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Atas dasar peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Sebagian dari mereka terkena sanksi karena belum mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Demikian siaran pers yang diterbitkan Departemen Keuangan seperti dikutip INILAH.COM. Inilah 8 KAP yang dibekukan tersebut, yakni AP Drs. Basyiruddin Nur dinyatakan belum memenuhi standar atas laporan keuangan konsolidasi PT Datascrip dan anak perusahaannya di tahun buku 2007. AP Drs. Hans Burhanuddin Makarao dibekukan selama 3 bulan lantaran yang dibekukan belum memenuhi Standar Auditing (SA), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) atas laporan keuangan klien mereka. Ia yang menangani laporan keuangan PT Samcon di tahun buku 2008. Laporan kedua AP ini dinilai Depkau berpotensi mempengaruhi laporan auditor independen.

AP Drs. Dadi Muchidin, KAP Drs. Dadi Muchidin, KAP Matias Zakaria, KAP Drs.Soejono, KAP Drs. Abdul Azis B, dan KAP Drs. M. Isjwara. Sebab lain yang menjadikan beberapa AP dan KAP dicabut izinnya oleh Menkeu adalah tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin. Ini terjadi pada KAP Drs. Dadi Muchidin, yang tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2008. Alasan serupa juga terjadi pada KAP Matias Zakaria yang tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2007 dan 2008. Tidak melapornya KAP atas tahun takwin, dengan jangka waktu yang lebih lama, terjadi pada KAP Drs. Soejono, yaitu sejak 2005-2008. KAP lain yang terkena saksi karena tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin adalah KAP Drs. Abdul Azis B., KAP Drs. M. Isjwara, dan KAP Drs. M. Isjwara. Para KAP ini dicabut izin pembekuan selama 3 bulan, setelah sebelumnya dikenakan peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan sampai saat ini.

Minggu, 11 Oktober 2009

Buaya vs Cicak ( Buaya di Cecakin )

Pertarungan KPK versus Kepolisian tak terhindarkan. Kini para pihak cenderung menjatuhkan saling mengungkap kelemahan lawan. Medan pertempurannya, digelar lewat kasus bail-out Bank Century hingga testimoni Antasari Azhar. Jika sebelumnya kompetisi antarlembaga penegak hukum ini hanya muncul sebatas rumors dan asumsi, namun kini semuanya terbukti dengan kecurangan. Masing-masing pihak juga memiliki kartu AS untuk menjatuhkan pihak lawan demi mengamankan posisi sendiri. Upaya Presiden SBY mendamaikan perseteruan KPK-Polri beberapa waktu lalu tampaknya tak membuahkan hasil. Sebalinya, perseteruan meeka malah kianme manas. Berpijak pada testimoni Antasari Azhar, Polri memanggil empat pimpinan KPK dan empat pejabat KPK. Polisi memanggil petinggi KPK dengan jeratan atas dugaan telah menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang. Atas pemanggilan itu, mereka yang memenuhinya hanya Direktur Penyelidikan KPK Iswan Elmi, Kabiro Hukum KPK Chaidir Ramli, dan Satgas Penyelidik KPK Arry Widiatmoko. Sebelumnya, penyidik KPK Rony Samtana juga telah diperiksa polisi terlebih dulu. Di sisi lain lagi, KPK juga 'mengancam' akan memanggil Kabareskrim Susno Duadji dalam kasus dugaan korupsi di Bank Century. Diinformasikan, Susno Duadji disebut-sebut terlibat dengan dugaan dua surat Susno yang memuluskan upaya pencairan dana milik Boedi Sampoerna di Bank Century. Meski untuk hal ini, bekas Kapolda Jawa Barat ini membantahnya. Rencana KPK memanggil Susno Duadji hanya akan berlangsung jika telah memenuhi dua alat bukti yang cukup untuk pemanggilan. "Kami akan kaji apa ada indikasi SD ini terlibat," kata Waki Ketua bidang Penindakan KPK Bibit Samad Irianto. Meskipun demikian ia berharap, oknum polisi yang dimaksud tidak terlibat dalam dugaan kasus korupsi tersebut. Dua kasus yang memicu rivalitas dua lembaga penegak hukum tersebut kini memang tengah berjalan. Untuk dugaan kasus suap dari Direktur PT Masaro Anggoro Widjaja sebesar Rp 5,1 miliar kini tengah ditangani kepolisian. Polisi juga telah menahan Ary Muladi sebagai tersangka dalam kasus penipuan yang berkedok utusan KPK. Sedangkan untuk kasus Bank Century, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) masih menjalankan audit investigasi. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) saat ini juga telah menemukan 21 transaksi yang mencurigakan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. "Yang jelas, transaski itu sudah kami laporkan ke pihak kepolisian," kata Kepala PPATK Yunus Husein. Menurut dia, berdasar penelusuran PPATK, deposan besar yang menarik dana dari Bank Century setelah diambil alih Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya Boedi Sampoerna. Yunus menyebutkan, dana yang ditarik oleh Boedi Sampoerna hanya Rp 200 miliar atau sekitar dari total simpanannya di Bank Century yang totalnya mencapai Rp 2 triliun. Kedua lembaga penegak hukum itu, KPK dan Polri, seperti dipacu untuk adu cepat dalam menetapkan status tersangka atas pihak lainnya. Jika semangat itu yang terus dikedepankan, jelas ini menjadi akan preseden butuk bagi penegakan hukum di Indonesia. Semestinya, semangat supremasi hukum diletakkan dalam bingkai transparansi, akuntabilitas, dan penuh tanggung jawab.

ETIKA dan BUDAYA PERS

Etika dan budaya pers adalah alat utama pers membangun kepercayaan publik, suatu modal yang kuat untuk sukses secara bisnis.

Menurut Dahlan selaku pemimpin redaksi tribun timur, pers bukan hanya lembaga sosial. Ia lembaga bisnis. Karyawannya menerima gaji secara profesional. Pengelola pers dalam mengelola karyawan patuh dan tunduk pada UU Ketenagakerjaan.
Badan hukumnya PT, perseroan terbatas. Ia tunduk pada kaidah-kaidah dan hukum bisnis. Dia obyek pajak.

Sebagai perseroan terbatas, perusahaan pers didirikan untuk mencetak laba. Laba, bagi media massa non-cetak, diperoleh dari iklan (on air maupun off air). Surat kabar menambah sumber pendapatannya dari jualan koran, selain iklan.
Tiga hal itu dikatakan untuk menegaskan bahwa bukan zamannya lagi memberikan belas kasihan kepada pekerja pers seperti wartawan. Sebagai karyawan, wartawan memperoleh gaji. Memberikan mereka amplop sama sekali bukan menolong wartawan, melainkan menjermuskan mereka ke jurang penghianatan pada profesinya yang mengabdi kepada publik.
Pengabdian kepada publik merupakan misi sosial yang luhur dari lembaga pers.
Sebagai lembaga sosial, pers mengemban fungsi menghibur, mendidik, memberi informasi, dan melakukan kontrol sosial terhadap lembaga dan tokoh publik.
Antara misi mencetak laba dan misi sosial sering kali berbenturan. Dinamika pers sesungguhnya adalah pergulatan dinamis dan terus menerus untuk melaksanakan fungsi sosial di satu sisi dan misi bisnis di sisi yang lain.
Mengapa Etika Perlu ?
Bisnis pers itu unik. Dia mencetak laba dengan cara merebut kepercayaan publik lewat berita yang diproduksi dan didistribusikan. Tapi, pers yang sehat hanya memperoleh sedikit saja dari distribusi berita (penjualan koran, misalnya), tapi justru memperoleh sebagian besar pendapatannya dari iklan. Iklan datang memburu konsumen pers.
Bisnis pers sesungguhnya tidak menjual kertas koran, suara, atau gambar, melainkan kepercayaan. Publik percaya kepada pers, karena itu mereka mengonsumsinya. Karena publik percaya, lalu mengonsumsi, pemasang iklan datang, kemudian pers mendapatkan uang, mencetak laba. Begitulah prosesnya.
Dengan demikian, sangat jelas, bahwa membangun pers yang memiliki kepercayaan publik berfungsi ganda: untuk memuluskan misi bisnis sekaligus memperbesar dan memperlebar pengaruh sosial.
Mencetak laba adalah tujuan, sedangkan membangun kepercayaan adalah cara mencapai tujuan. Sukses pers secara bisnis berkaitan erat dengan sukses pers secara sosial.
Dalam mengejar laba, pers mempertimbangkan cara. Tidak jarang, pers profesional mengabaikan kemungkinan mencetak pendapatan manakala pendapatan itu bertentangan dengan cara.
Pemasangan iklan, misalnya. Pers profesional seringkali menolak iklan bila iklan itu menabrak etika sosial dan hukum. Laba penting, cara juga penting.
Laba adalah perspektif jangka pendek atau financial perspective. Cara berbisnis, dengan patokan utama pada upaya membangun kepercayaan publik, merupakan investasi jangka panjang. Membangun kepercayaan adalah modal untuk growth, untuk tumbuh. Tumbuh secara sosial, tumbuh secara bisnis.
Di redaksi (newsroom), prinsip etikanya lebih ketat lagi. Redaksi, yang memproduksi berita, memikul beban yang lebih berat membangun kepercayaan publik ketimbang bisnis. Redaksi memproduksi, departemen bisnis menjual. Produk --itulah inti kepercayaan.
Para wartawan, yang merupakan tenaga inti redaksi, bekerja mencari, menulis, dan melaporkan berita. Semua proses itu dibingkai etika: sejak dari proses mencari, proses menulis, hingga proses melaporkan berita.
Pada tahap mencari, kode etik wartawan, misalnya, menegaskan, wartawan harus secara jujur mengungkapkan identitasnya kepada narasumber, tidak menerima suap.
Sedangkan pada tahap menulis berita, secara etis wartawan dituntut memisahkan secara tegas fakta dari opini, berimbang, objektif, tidak melakukan plagiat.
Akhirnya, pada tahap melaporkan berita, etika wartawan menuntut: tidak melaporkan berita bohong, dusta, fitnah, dan sadisme. Tidak menodai agama.
Bahkan, setelah berita disiarkan pun, etika wartawan menuntut agar secara jujur melakukan ralat pada kesempatan pertama bila berita yang disiarkan ternyata tidak benar atau mengandung unsur-unsur yang keliru.
Demikianlah terlihat bahwa sejak dari proses mencari, menulis, melaporkan berita, hingga setelah berita dikonsumsi publik, wartawan bekerja dengan etika.
Proses-proses itulah yang membimbing wartawan memproduksi berita –-suatu proses mengubah sekadar informasi menjadi sebuah berita (news). Suatu proses yang mesti dilewati untuk menghasilkan produk yang bisa membangun kepercayaan publik, yang merupakan modal sosial pers.
a
Budaya Pers
Beberapa nilai dasar membangun budaya pers. Nilai-nilai itu membentuk pribadi wartawan, membimbing proses-proses etis, dan menunjukkan tujuan.
Ada dua keterampilan wartawan, yakni soft competence dan hard competence. Soft competence berkaitan dengan nilai-nilai dasar wartawan, sedangkan hard competence terkait dengan keterampilan mencari, menulis, dan melaporkan berita.
Tujuan terbesar wartawan adalah masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu, soft competence wartawan harus terus menerus diasah untuk mengembangkan nilai-nilai kebebasan, independensi, dan nonpartisan.
Kebebasan, independensi, dan nonpartisan adalah alat bagi wartawan untuk memuluskan tujuannya mengabdi kepada masyarakat. Karena itu, kendati nilai-nilai kebebasan, independensi, dan nonpartisan merupakan nilai etis yang mengatur proses kerja wartawan, nilai-nilai tersebut harus mendapatkan dukungan masyarakat, karena pada akhirnya, terminal terakhir dari nilai-nilai itu adalah masyarakat.
Dengan cara pandang demikian, kebebasan pers –-yang merupakan salah satu anak dari budaya kebebasan di lingkungan wartawan –-sebenarnya tidak ditujukan untuk wartawan saja, melainkan untuk melindungi hak masyarakat mendapatkan informasi (the public right to know).
Wartawan terbiasa dalam kultur kerja yang independen. Kultur ini membimbing wartawan untuk leluasa mencari, menulis, dan melaporkan berita yang dianggap menarik dan penting untuk masyarakat.
Pada akhirnya, sikap nonpartisan merupakan prasyarat membangun kepercayaan dari publik yang warna-warni secara politik, agama, etnis, maupun kultur. Dari sisi ini, wartawan bekerja seperti negarawan, bukan politisi.

Jumat, 09 Oktober 2009

warung makan " bengkel perut ibu Sri "

warung makan ibu Sri menyediakan beraneka ragam makanan siap saji. warung makanan ini memiliki sistem self service, yaitu membiarkan pelanggan mengambil makanannya sendiri sesuai dengan ukuran perut mereka masing-masing kemudian mereka akan membayar sesuai dengan makanan dan jenis makanan yang mereka ambil di kasir. Buat para mahasiswa sangatlah cocok, apalagi buat anak kosan.
Selain makanan yang ada di warung bengkel perut, warung ini juga menyediakan aneka minuman seperti :teh manis, es jeruk, dan yang asik lagi dia menyediakan kopi panas atau dingin. selain dari makanan dan minuman warung ini memiliki posisi yang strategis, dikarenakan posisinya lebih dahulu di lewati mahasiswa dibandingkan dengan warung yang lainnya, dan warung ini dapat menampung cukup banyak para pelanggannya, dikarenakan mempunyai tiga ruangan, setiap ruangan dapat menampung sepuluh pelanggannya.